Hari ini (12/3), Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) meningkatkan wabah corona (COVID-19) ke tingkat pandemik. Di Indonesia, selama seminggu terakhir ada peningkatan 34 pasien positif corona, dengan dua orang telah dinyatakan negatif corona dan satu meninggal, dan total 736 orang dalam pengawasan. Di tengah kegentingan wabah ini, apa yang harus disiapkan angkutan umum untuk mencegah penyebaran virus corona, mengingat angkutan umum merupakan lokasi dengan risiko tinggi untuk berkumpulnya warga yang melakukan perjalanan?

Upaya pencegahan penyebaran virus corona di angkutan umum sudah dimulai oleh KAI dan TransJakarta di ibukota. Upaya itu meliputi penyediaan handsanitizer di halte dan stasiun; penyediaan sabun cuci tangan dan wastafel di stasiun; serta pembersihan armada bus, kereta, halte, dan stasiun dengan cairan disinfektan. Apakah penanganan ini sudah cukup?

Panduan Pencegahan bagi Manajemen Angkutan Umum

Peningkatan wabah corona mendorong organisasi transportasi di dunia untuk mengeluarkan panduan pencegahan wabah bagi manajemen angkutan umum, mulai dari peningkatan kewaspadaan saat belum ada warga yang terjangkit hingga wabah meluas, seperti pada kasus Kota Wuhan. 

Pada situasi wabah meluas di dalam kota, angkutan umum tidak hanya perlu meningkatkan tingkat kebersihan armada maupun halte dan stasiun, melainkan juga harus memastikan kesehatan kru, mengelola layanan yang kemungkinan terganggu akibat kurangnya sumber daya manusia, atau bahkan ditutup (tidak beroperasi sama sekali).

Berikut ini langkah-langkah yang harus disiapkan oleh manajemen angkutan umum dalam mencegah penyebaran virus corona yang disarikan Transportologi dari panduan yang diterbitkan oleh Asosiasi Internasional Angkutan Umum (International Association of Public Transport/UITP) dan Asosiasi Angkutan Umum Amerika (American Public Transport Association/APTA) yang terbit pada bulan ini:

  • Persiapan

Pada tahap persiapan, manajemen angkutan umum perlu melakukan:

    1. Mendirikan grup kerja untuk kesehatan dan keselamatan darurat. Grup ini perlu bekerja sama dengan asosiasi angkutan umum, pemerintah, dan perwakilan angkutan umum lain, seperti angkot, taksi, atau ojek daring.
    2. Mengecek dan mengadakan perlekapan perlindungan dan kebersihan, seperti handsanitizer, sabun cuci tangan, dan cairan disinfektan untuk armada, serta menyusun perencanaan untuk pendistribusian dan pengisian ulang.
    3. Mengecek stok dan penyediaan suplai untuk operasi angkutan umum dan servis berkala, seperti bahan bakar, oli, dan suku cadang. Jika suplai tidak tersedia, manajemen perlu mencari suplier alternatif.
    4. Informasi bagi petugas. Informasi ini kunci perencanaan komunikasi dan upaya yang dibutuhkan untuk menenangkan. Perlu dipertimbangkan untuk menyediakan informasi mendasar bagi petugas dan pegawai terkait wabah yang terjadi, dampaknya terhadap sistem transportasi, dan langkah-langkah yang perlu dilakukan.
    5. Selalu mengikuti informasi dari pemerintah untuk tetap mengetahui perkembangan yang terjadi.
  • Perlindungan personal

Peningkatan perlindungan personal dan langkah-langkah kebersihan berfungsi untuk menjamin baik kru maupun penumpang, kendati risiko wabah relatif kecil. Upaya yang perlu dilakukan meliputi:

    1. Petugas dan pegawai diingatkan untuk mengikuti langkah-langkah kebersihan personal, meliputi mencuci tangan rutin dan, jika batuk, ditutupi menggunakan siku lengan bagian atas atau dengan tisu. Melakukan pemeriksaan suhu badan rutin. Petugas yang merasa tidak enak badan dan merasakan gejala-gejala awal perlu mengisolasi diri sesuai ketentuan yang berlaku. Informasi ini perlu tersedia luas dan mudah diakses.
    2. Ruangan ganti dan kamar mandi kru dan pegawai, tempat rapat, dan kantor perlu disediakan tempat cuci tangan, handsanitizer, dan tisu.
    3. Saat ini, penggunaan masker masih didebatkan, oleh karena itu, manajemen operator angkutan umum perlu berkoordinasi dengan pemerintah untuk penggunaan masker dan tipe masker yang direkomendasikan. WHO merekomendasikan penggunaan masker ketika menghadapi orang yang tertular atau berpotensi tertular.
    4. Pembersihan armada perlu dilakukan dengan rutin dan meningkatkan pembersihan di lokasi yang sering disentuh bersama-sama, begitu pula dengan tempat sampah. Pegawai kantor bertanggung jawab untuk membersihkan kantor dengan cara membuang sampah dan membersihkan permukaan benda dengan disinfektan.
    5. Petugas yang harus mengurusi penumpang yang sakit, membersihkan cairan yang dikeluarkan tubuh atau benda-benda yang berpotensi terkontaminasi harus menggunakan sarung tangan sekali pakai.
  • Pengurangan kontak

Langkah pengurangan kontak direkomendasikan jika tingkat risiko tinggi, seperti jika terjadi penyebaran wabah di wilayah layanan atau ada keputusan pemerintah. Upaya yang perlu dilakukan, meliputi:

    1. Petugas layanan penumpang hanya disediakan di stan atau meja informasi dengan jarak yang cukup dari penumpang.
    2. Perlu perubahan cara pembayaran dan pemberian tiket yang dilakukan oleh pramugari-pramugara di dalam bus karena mereka memiliki kerentanan tinggi untuk tertular.
    3. Mengurangi pertemuan di kantor dan mengalihkan kerja yang bisa dilakukan di rumah.
    4. Mengubah rapat bertatap muka dengan rapat bersama dengan telepon untuk mengurangi kontak sesama pegawai.
    5. Memberi jarak antarorang antara 1-2 meter di dalam bus untuk mengurangi kontaminasi dari bersin dan batuk atau mengurangi jumlah penumpang bus hingga separuh dari kapasitas bus untuk mengurangi kontak antarpenumpang.
  • Pengurangan layanan

Langkah pengurangan layanan direkomendasikan jika tingkat risiko tinggi, seperti jika terjadi penyebaran wabah di wilayah layanan atau ada keputusan pemerintah. Upaya yang perlu dilakukan, meliputi:

    1. Perubahan layanan bisa mengikuti penjadwalan pada akhir minggu dan diumumkan sehingga memudahkan penumpang beradaptasi dan meminimalisasi kebingungan penumpang.
    2. Rutinitas servis untuk perlengkapan perlu dicek kembali untuk mengidentifikasi potensi inspeksi lebih dini atau perlu ditunda.
    3. Manajemen perlu berhubungan dengan pemerintah kota atau daerah untuk menyelaraskan perencanaan penanganan krisis karena wabah dapat mengakibatkan keterbatasan layanan angkutan umum.
  • Menggunakan komunikasi krisis

Komunikasi saat wabah sangat penting sekaligus tidak mudah. Pesan perlu dikemas dengan sederhana untuk memastikan pesan dapat sampai kepada komunitas yang menghadapi wabah. Komunikasi krisis perlu:

    1. Dikemas dengan pendek, ringkas, dan memiliki pesan yang terfokus dan detail yang terbatas agar mudah dipahami.
    2. Hanya memberikan informasi yang relevan.
    3. Beri langkah-langkah yang positif, tidak negatif.
    4. Ulangi pesan dengan cara penyampaian yang beberda.
    5. Gunakan kata ganti orang “kami” untuk menggantikan nama organisasi.
    6. Hindari jargon teknis.
    7. Hindari frasa menghakimi.
    8. Janjikan atau jamin yang sesungguhnya dapat dilakukan.
    9. Jangan menggunakan humor karena orang jarang memahami humor ketika merasa tertekan.

Upaya Strategis Lainnya

Manajemen bus dapat mengembangkan upaya strategis lainnya, selain berdasarkan pedoman yang telah diterbitkan kedua lembaga di atas. Beberapa kota lain juga menerapkan penggunaan angkutan kereta dengan pemesanan tiket atau pendaftaran nama sehingga dapat digunakan dasar untuk pemeriksaan di kemudian hari; pemasangan pembatas fisik antara ruang sopir dengan penumpang; membuka ventilasi pada jangka waktu tertentu; menghentikan penjualan tiket fisik; pemberian masker gratis kepada pengguna yang menunjukkan batuk atau bersin-bersin; atau menolak sama sekali pengguna yang tidak menggunakan masker.

Panduan ini tidak hanya berguna bagi manajemen operator bus, melainkan juga angkutan umum lain. Manajemen perlu berkoordinasi dengan pemerintah selama masa menghadapi wabah karena risiko pekerjaan yang tinggi, kemungkinan sulitnya penyediaan peralatan untuk kebersihan armada, dan risiko menurunnya pendapatan akibat penurunan penumpang.

 

Referensi:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *