
Laporan ini merupakan ringkasan seri webinar Transportologi pertama pada 27 Juni 2020 yang mengangkat topik peluncuran ulang bus BST yang menggratiskan layanannya bagi warga selama masa sosialisasi. Diskusi ini menghadirkan Dosen Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret (UNS) sekaligus Ketua Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) untuk Solo raya, Budi Yulianto, dan Direktur PT. Bengawan Solo Trans (BST), Sri Sadadmodjo.
Peluncuran ulang bus BST yang dilakukan oleh pemerintah Kota Surakarta merupakan bagian dari perubahan sistem layanan BST yang dulu dijalankan tanpa subsidi menjadi dengan subsidi dari subsidi skema beli layanan (Buy the Service) yang diberikan oleh Kementerian Perhubungan. Bus BST di Kota Solo termasuk salah satu layanan angkutan umum yang mendapatkan subsidi ini, selain layanan serupa di Medan, Palembang, Denpasar, dan Yogyakarta.
Pemberian subsidi ini diharapkan mampu menjadi salah satu solusi penurunan kinerja angkutan umum—seperti bus tidak andal karena kedatangan bus yang lama dan tidak pasti, tidak nyaman dan aman, rute terbatas, bus tidak terintegrasi, dan beban operator tinggi—yang pada akhirnya mampu meningkatkan layanan angkutan umum bagi masyarakat.
Ada empat koridor yang dibuka dan memeroleh subsidi, yaitu koridor 1 (Bandara Adi Sumarmo-Terminal Palur), koridor 2 (Subterminal Kerten-Terminal Palur), koridor 3 (Terminal Kartasura-Tugu Cembengan), dan koridor 4 (Terminal Kartasura-Terminal Palur via Terminal Tirtonadi). Koridor 4 merupakan koridor baru yang dibuka pada tahun ini.
Sementara itu, koridor 2 mengalami perubahan sedikit berupa pemotongan rute di subterminal Kerten, tidak sampai Terminal Kartasura. Pada koridor 1, bus tak lagi memutar melintas jalan Veteran, melainkan mendapatkan jalur bus kontra arus (contraflow) di jalan Slamet Riyadi.

Perubahan itu dilakukan agar rute yang baru lebih efektif dan efisien, tidak tumpang tindih sebagaimana yang terjadi sebelumnya, dan mengintegrasikan BST sebagai sistem layanan secara menyeluruh. Dengan demikian, proses pindah penumpang dari satu rute menuju rute yang lain dapat dilakukan dengan lebih mudah dan jaringan angkutan umum semakin terkoneksi.
Koridor yang dibuka untuk publik pada Juli ini adalah koridor 3 dan 4. Koridor 1 dan 2 menyusul sekitar Agustus karena masih menunggu bus yang masih dalam proses pembuatan. Bus baru ini akan menggunakan dek rendah, sesuai dengan ketentuan Kementerian Perhubungan. Koridor 3 dan 4 masih menggunakan bus lama sehingga dapat diluncurkan pada bulan ini.
Pada sistem baru, bus BST tak lagi menggunakan pramugari-pramugara di atas bus. Nantinya, sistem pembayaran tiket menggunakan tiket elektronik. Penumpang melakukan tapping alat pembayaran elektronik ketika memasuki bus.
Operator BST masih melakukan penyesuaian-penyesuaian untuk mengikuti sistem baru yang ditentukan oleh Kementerian Perhubungan, mengingat tidak semuanya bisa dilakukan dengan optimal. Misalnya, ketiadaan pramugara-pramugari membuat mekanisme naik-turun penumpang melalui pintu samping sulit dilakukan.
Sopir kesulitan membukakan pintu yang masih dioperasikan manual. Jika sopir membukakan pintu, maka sopir harus meninggalkan kemudinya. Sementara itu, tidak semua penumpang mengetahui cara membuka pintunya. Kondisi pandemi juga membuat sistem ini meningkatkan kontak antara sopir dan penumpang.
Sistem tempat duduk yang digunakan saat ini juga berubah mengikuti protokol angkutan umum selama masa pandemi. Penumpang duduk selang-seling dengan jarak yang memadai untuk jaga jarak fisik. Sebagai akibatnya, jumlah tempat duduk yang tersedia untuk penumpang tinggal separuhnya atau sekitar untuk 10 orang saja.
Selama masa sosialisasi, Juli hingga Desember, penumpang tidak dipungut biaya tiket atau gratis. Penggratisan ini bertujuan sebagai insentif agar warga mencoba naik angkutan umum dan nantinya berpindah menggunakan angkutan umum sebagai alat transportasi sehari-hari.
Meskipun upaya penggratisan bus dapat menjadi insentif bagi warga untuk mencoba bus, upaya ini juga perlu didukung dengan pengawasan di halte-halte oleh dinas perhubungan untuk menghindari penumpukan penumpang yang muncul, baik karena pengurangan kapasitas tempat duduk maupun warga yang ingin mencoba rute baru dan angkutan umum gratis. Keterlibatan dinas penting karena operator BST hanya bertugas mengelola yang berada di dalam bus.
Upaya peningkatan layanan angkutan umum diharapkan tidak hanya terjadi di bus, melainkan juga angkot. Pemerintah kota pun saat ini tengah mengupayakan pemberian bantuan atau subsidi kepada angkot sehingga dapat melayani warga yang menggunakan angkutan umum.